Minggu, 19 Juli 2009

Perlunya Vaksin Pneumoni


Yogyakarta,18 Juli 2009 - Sebanyak 250 dokter spesialis anak dan dokter umum kemarin mengikuti advokasi pencegahan penyakit pnemokokus yang diselenggarakan Asian Strategic for Pneumococcal Diseases Prevention (ASAP) yang berlangsung di Hotel Melia Purosani Yogyakarta. Anggota ASAP dari Indonesia Profesor Dr.dr Sri Rezeki Hadinegoro,SpA(K) kepada wartawan sabtu (18/7/09) usai advokasi mengatakan penyakit pnemokokus saat ini menjadi penyakit pembunuh nomer satu pada balita. Di Asia Pasifik dilaporkan 98 balita meninggal karena pnemonia setiap jamnya.
Karenanya keberadaan Aliansi Strategis Pencegahan ASAP sangat penting guna menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit tersebut, Prof SRI mengatakan tindakan preventif dilakukan dengan mengajak peran aktif petugas, penyuluh kesehatan, dan pemerintah agar bekerjasama dalam mencegah kematian balita akibat penyakit pnemonia. Pencegahan menurut REJEKI salah satunya dilakukan dengan pemberian imunisasi dengan vaksin pnemonia, pemberian ASI eksklusif dan nutrisi memadai bagi anak dan balita Indonesia.
Penderita pneumoni setelah terserang. Kalaupun dinyatakan sembuh umumnya meninggalkan kecacatan permanen, semisal gangguan pendengaran dan gangguan saraf yang selanjutnya memunculkan gangguan motorik, kejang tanpa demam, keterbelakangan mental dan kelumpuhan.
Di Indonesia, saat ini pneumokokus menjadi salah satu dari dua penyebab utama meningitis bakteri anak-anak. Meskipun penyakit pneumokokus memuncak pada anak usia 12 bulan, kasus meningitis mungkin mulai terjadi dari usia 2 bulan.

CEGAH DENGAN IMUNISASI

Infeksi yang disebabkan pneumokokus adalah penyebab angka kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas) yang tinggi pada anak-anak di seluruh dunia. Berdasarkan data epidemologis, infeksi pneumokokal menyebabkan lebih dari 1 juta kematian anak-anak terutama di negara berkembang.

Pada dasarnya IPD dapat diobati dengan antiobitik, Hasil penelitian di beberapa negara menunjukkan Streptococcus pneumoniae merupakan penyebab utama (50%) kasus pneumonia dan menimbulkan angka kematian yang cukup tinggi. Streptococcus pneumoniae yang dikenal juga sebagai pneumokokus, merupakan bakteri yang sering menyerang anak-anak dibawah usia 2 tahun. Penyakit akibat infeksi oleh pneumokokus dibagi menjadi 2, yaitu golongan penyakit yang sering berakibat fatal: IPD, yang bermanifestasi sebagai meningitis, bakteremia atau sepsis dan pneumonia bakteremik, serta golongan non IPD yaitu sinusitis, otitis media serta pneumonia. Sementara penelitian di beberapa rumah sakit Indonesia seperti RSCM mencatat mortality rate akibat Streptococcus Pneumoniae sebesar 70%, sedangkan di RS Sanglah-Bali mencapai 45%.
Vaksin IPD PCV-7 merupakan vaksin kombinasi yang merupakan gabungan beberapa antigen tunggal menjadi satu jenis produk antigen untuk mencegah penyakit yang berbeda serta diberikan dalam satu suntikan (7 in one). PCV-7 memiliki T-cell dependent yang bersifat immunogenic bagi anak-anak berusia < 2 tahun. T cell helper berperan merangsang B cell membentuk antibodi, sehingga membentuk memori jangka panjang. Jika suatu saat akan diberikan booster PCV-7, maka sel memori akan meningkatkan antibodi kembali. Dengan keunggulan ini, maka PCV-7 efektif memberikan proteksi IPD bagi anak-anak berusia < 2 tahun.
Vaksin ini diberikan sejumlah 3 kali pada usia 2, 4, 6 bulan dan booster cukup sekali diberikan pada usia 12-15 bulan. Vaksinasi ulang diberikan 5 tahun kemudian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar