Selasa, 11 Mei 2010

Penderita Gizi Buruk Menanti Uluran Tangan


Liputan6.com, Yogyakarta: Dua bocah berusia di bawah lima tahun dirawat di Rumah Sakit dokter Sardjito, Yogyakarta, karena gizi buruk. Orangtua kedua pasien pasrah sambil menunggu uluran tangan dari dermawan dan kepedulian pemerintah meringankan biaya perawatan. Pantauan SCTV, Ahad (9/5), keduanya terbaring lemah di rumah sakit.

Penderita gizi buruk pertama Lutfi Oktafiano. Saat dibawa ke rumah sakit dua pekan silam, bobot Lutfi hanya 4,7 kilogram. Padahal berat bayi seumurnya yakni enam bulan sekitar tujuh kilo. Menurut ibunya, awalnya Lutfi hanya batuk-batuk. Namun setelah diperiksa, anaknya menderita gizi buruk sehingga langsung dibawa ke RS Sardjito.

Penderita gizi buruk lainnya adalah Bayu Johar, berusia 15 bulan. Sejak ibunya meninggal lima bulan lalu, Bayu dirawat oleh neneknya. Asupan gizi terutama ASI untuk Bayu sangat kurang hingga ia terkena gizi buruk. Keluarga Lutfi dan Bayu kini galau tidak tahu harus kemana mencari uang untuk membiayai perawatan di rumah sakit.(JUM)

Minggu, 09 Mei 2010

PEMAKAIAN OBAT HERBAL MENINGKAT

YOGYAKARTA-Penggunaan obat tradisional termasuk di dalamnya obat herbal dari tahun ke tahun terus meningkat. Survey Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) mencatat jika di tahun 1980 penggunaan obat herbal mencapai 19,8%, tahun 1986 bertambah menjadi 23,3% dan meningkat lagi menjadi 32,8% di tahun 2004 lalu.


“ Dengan peningkatan itu pelayanan medik herbal perlu dioptimalkan agar dapat terselenggara secara aman, efektif, dan bermanfaat serta berkualitas bagi pelaksana pelayanan maupun masyarakat sebagai pengguna jasa pelayanan ini,’ ujar Deputi Menkokesra Bidang Koordinator Kependudukan Kesehatan dan Lingkungan Emil Agustin, Sabtu (8/5/2010) di UGM.


Emil menambahkan kekayaan alam Indonesia akan tanaman obat herbal cukup melimpah. Bahkan pengakuan medis terhadap penggunaan obat herbal juga kian terbuka. Kementrian kesehatan melalui pencanangan pengembangan dan promosi obat tradisional dan kimiawi dibuat secara komplementer-alternatif.


“ Sudah dibuat secara komplemen antara keduanya,” katanya.


Bentuk perhatian lain pemerintah terhadap pengembangan obat herbal ujar Emil yaitu penelitian terhadap mangrove di Segaraanakan Cilacap sebagai obat antiretroviral virus (ARV) bagi penderita HIV-AIDS saat ini . Di sisi lain saat ini tengah diupayakan pula agar tanaman tradisional khususnya herbal ini bisa menjadi salah satu warisan dunia seperti halnya batik


“ Jadi jika bicara obat herbal bukan saja soal pertanian, tapi mencakup kesehatan, hingga ristek pula. Selain itu menjadikan sebagai warisan budaya dunia juga tengah kita upayakan,’ kata Emil (satria nugraha/trijaya)

TEKAN INFEKSI, RS SARDJITO GENCARKAN BUDAYA CUCI TANGAN

YOGYAKARTA- Infeksi yang hampir terjadi di seluruh rumah sakit di dunia ternyata banyak yang disebabkan karena kontak badan. Kontak badan yang terjadi baik antara pasien dengan dokter, dokter dengan pasien, dokter dengan perawat, perawat dengan pasien serta pasien dengan pengunjung.

“ Kontak badan terbanyak itu terjadi melalui tangan,” kata Ketua Pencegahan dan Pengendalian Infeksi RS Dr Sardjito Yogyakarta, dr Andaru Dahisihdewi M Kes Sp PK K, di RS Sardjito, Sabtu (8/5/2010).

Andaru menambahkan 95 persen transisi infeksi di rumah sakit terjadi akibat kontak badan antar penghuni rumah sakit yang sebagian besar melalui tangan. Berdasarkan data wordl Health Organization (WHO) perilaku pelayanan bersih di seluruh rumah sakit di dunia sangat fluktuatif, baik itu oleh dokter ahli, dokter belajar, siswa belajar, perawat , pasien maupun pengunjung rumah sakit.

“ DI RS Sardjito sendiri perilaku pelayanan bersih itupun kadang mencapai angka 90 persen tetapi pada bulan tertentu hanya mencapai 50 persen saja,” jelasnya.

Sementara itu Direktur Utama RS Dr Sardjito, Prof Dr Budi Mulyono Sp PK menegaskan pihaknya mencanangkan gerakan kebersihan tangan kepada seluruh sektor baik dari dokter ahli, dokter yang tengah belajar, siswa calon dokter, perawat, pasien, pengunjung rumah sakit bagian adminitrasi serta seluruh elemen di RS tersebut.

“ Gerakan juga dilakukan dengan lounching gerakan kebersihan tangan secara serempak, lomba kebersihan tangan antara kelompok pelayanan di RS tersebut serta peluncuran buku pintar yaitu buku pegangan untuk perilaku kebersihan di RS Sarjito,” urai Budi

Melalui program tersebut pihaknya ingin menanamkan perilaku bersih sebelum dan sesudah pelayanan kesehatan di rumah sakit itu. Melalui perilaku bersih dengan mencuci tangan sebelum dan sesudah kotak dengan semua pihak di RS tersebut maka penularan infeksi di RS itu bisa ditekan semaksimal mungkin (satria nugraha/trijaya)

Senin, 03 Mei 2010

DI RSUP DR SARDJITO ; Klinik Herbal untuk Keamanan Pasien

YOGYA (KR) - Mulai Senin (3/5) RSUP Dr Sardjito membuka klinik herbal di Lantai II gedung Instalasi Gawat Darurat (lama) dengan mengembangkan fitofarmaka, obat standard untuk menjamin keamanan dan keselamatan pasien. Klinik herbal ini merupakan rangkain riset obat bahan alam, sehingga pasien yang berobat di klinik herbal ini selalu dimonitoring.
“Dalam rangkaian riset ini untuk farmasi harus mendapat izin POM, pengembangan ekstrak bernaung pada unit pengamanan terkait dengan Fakultas Kedokteran (FK) UGM. Obat herbal yang diberikan kepada pasien harus sudah standard dan terus dimonitoring untuk menjaga keamanan dan keselamatannya,” kata Ketua Tim Pengembangan Obat Bahan Alam RS Dr Sardjito Dr dr I Nyoman Kertia SpPD-KR, Sabtu (1/5).
Untuk pelayanan klinik herbal ini prosedurnya sama dengan pasien lainnya, dari pendaftaran sampai pemeriksaan dan pengobatan harus melalui tahapan seperti pelayanan kesehatan yang lain. Pengobatan herbal ini meliputi semua kalangan, hanya saja belum menerima pasien Askes maupun Jamkesmas. “Namun akan di arah ke sana karena diharapkan lebih murah dari obat kimia,” ujar Nyoman Kertia.
Menjawab pertanyaan wartawan keberadaan klinik herbal dan potensi masa depan terutama untuk pelayanan kesehatan alam, Nyoman Kertia mengatakan keberadaan klinik di RS Sardjito ini merupakan yang ke-12. Pengobatan herbal ke depan menjanjikan karena disamping harga obat kimia semakin mahal, bahan obat alam di Indonesia cukup melimpah.
Menurut salah seorang dokter Klinik Herbal RSUP Dr Sardjito dr I Dewa Putu Prismantara pelayanan Klinik Herbal ini untuk obat yang sudah mengalami riset fitofarmaka 5 jenis, sementara yang terstandar dengan izin POM 30 jenis. (Asp)-f (sumber : asp ; kr.co.id)

Rabu, 21 April 2010

Telaga Putri Kaliurang



Ini dia pesona telaga Putri Kaliurang, asyikkan...

Selasa, 20 April 2010

RS SARDJITO KEMBANGKAN POLIKLINIK HERBAL

YOGYAKARTA-RS dr Sardjito saat ini tengah mengembangkan adanya poliklinik herbal. Poliklinik ini terkait dengan minat masyarakat terhadap pengobatan dengan obat alam yang semakin meningkat. Di sisi lain harga obat kimiawi harganya juga semakin mahal.

“ Poliklinik akan dilaunching bulan depan. Ini terkait dengan trend pengobatan dengan bahan obat alam yang terus meningkat,” tutur Ketua Panitia Farmasi Terapi (PFT), yang juga Ketua Tim Penegmbangan Obata Bahan Alam RS Sardjitio, Dr dr Nyoman Kertia, SpPD-KR, di RS Sardjito, Selasa (20/4/2010).

Nyoman menambahkan sehubungan dengan meningkatnya permintaan masyarakat terhadap penggunaan obat herbal tersebut maka perlu dilakukan pengkajian standarisasi, manfaat dan keamanannya melalui klinik yang akan didirikan ini. Disamping itu imbuh Nyoman nantinya para dokter yang berasal dari berbagai spesialisasi/bidang akan diberi pendidikan mengenai obat herbal. “ Setelah diluncurkan para dokter kita akan diberikan pendidikan juga,' katanya.

Peluang digunakannya obat herbal dinilai semakin besar mengingat pola penyakit masyarakat yang cenderung berubah dimana banyak terdapat kasus penyakit kelainan metabolic dan penyakit degeneratif. Sayangnya saat ini belum ada dasar hukum yang kuat mengenai pengobatan dengan bahan alam, sehingga belum ada pengaturan yang jelas dan tertata baik untuk penyelenggaraan pelayanannya.“ Maka ini terus kita dorong agar obat herbal bisa ada pengaturan yang jelas dan kuat,” tambahnya.

Sementara itu ahli syaraf RS Sardjito Prof Dr dr Samekto W. P. Far.K, Sp.FK(K),Sp.S(K) menambahkan beberapa penelitian tentang obat bahan alam dan ada beberapa bahan yang memiliki level of evidence A maupun evidence B. Sementara di Indonesia baru ada 5 jenis sediaan fitofarmaka (telah melalui uji pre klinik) dan 17 sediaan obat herbal terstandar (telah melalui uji pre klinik) yang tersedia di pasaran. “ Indonesia punya potensi sumber daya alam yang besar dan bisa digali sebagai bahan baku obat bahan lama,' tutur Samekto (Satria nugraha/trijaya)

Rabu, 24 Maret 2010

12 Juta Penduduk Indonesia Potensi Terkena Stroke ; Manajemen Stroke Perlu Dipelajari

JOGJA--Dokter ahli penyakit stroke Rumah Sakit (RS) Dr Sardjito, Prof Samekto Wibowo menyatakan, saat ini sekitar 12 juta penduduk di Indonesia yang berumur 35 tahun keatas mempunyai potensi terkena serangan stroke. Angka kejadian stroke ini meningkat secara dramatis dua kali lipat setiap penambahan usia 10 tahun sejak umur 35 tahun.
"Penyakit stroke tertinggi menimpa penduduk usia 50-60 tahun. Sedangkan 5 persen penduduk yang berusia diatas 65 tahun paling tidak perbah mengalami satu kali stroke," papar Samekto kepada wartawan di RS setempat, Kamis (18/3) terkait pertemuan ilmiah nasioanal tentang stroke dan syaraf yang digelar di Hotel Sheraton 18-21 Maret.
Faktor resiko stroke ini, menurut Samekto diantaranya usia yang semakin tua dan genetika. Selain itu penyakit pemicu seperti hipertensi, diabetes, jantung, obesitas,kolesterol.
Gaya hidup yang tidak sehat juga memicu munculnya serangan stroke, terutama bagi penduduk usia produktif yang trendnya semakin meningkat pada saat ini. Konsumsi rokok, narkotika, alkohol membuat faktor resiko stroke juga semakin sulit dikendalikan.
"Pergeseran angka lansia yang semakin tinggi membuat resiko serangan stroke, terutama di Yogyakarta yang tinggi angka lansianya juga semakin besar," ujarnya.
Sementara dokter ahli syaraf lainnya, dr Ismail Setyopranoto menjelaskan, tanda-tanda stroke bisa dideteksi secara dini. Diantaranya tiba-tiba terjadi kelemahan gerak separo, kesemutan separo tubuh, penurunan kesadaran mulai ngantuk hingga koma, tidak bisa bicara tiba-tiba, bicara pelo atau perot, kebutaan separo, gangguan fungsi intelektual dan sensasi berputar.
"Jika mendapati tanda-tanda itu, pasien harus segera dibawa kerumah sakut yang memiliki fasilitas stroke maksimal 3 jam," jelasnya.
Kecepatan penanganan ini diperlukan, lanjut Ismail karena kasus serangan stroke,khususnya akibat penyumbatan darah mencapai 80 persen. Untuk mengatasi persoalan ini dibutuhkan pembelajaran manajemen stroke.
Diantaranya terapi window atau mengetahui tanda-tanda serangan stroke dan pengetahuan tentang faktor resiko. Selain itu letak stroke dan fasilitas yang bisa memberikan terapi sesuai kebutuhan. "Yang tidak kalah penting adalah kemampuan dalam membayar biaya perasional karena stroke memerlukan terapi yang panjang. Namun saat ini untuk masalah ini bisa ditangani melalui program jamkesmas," imbuhnya.(ptu)