Sabtu, 24 Juli 2010

Penyakit Jantung Naik 10 % per Tahun Pada Wanita Sulit Dideteksi

Serangan jantung, pernahkah anda membayangkan jika kejadian ini menimpa anda ? tentu sangat menakutkan. Penyakit pembunuh nomor satu di dunia ini memang perlu diwaspadai bagi siapa saja. Di Yogyakarta, dimana RSUP Dr Sardjito sebagai pusat pelayanan jantung terpadu berada, ternyata angka penderitanya mengalami peningkatan yang cukup signifikan.

Peningkatan penderita sakit jantung mencapai angka 5 – 10 persen pertahun. “Kami menerima rujukan 500 – 550 setahunnya, bahkan pada tahun 2009 kemarin sempat mencapai 1.077 orang,” papar Kepala Instalasi Rawat Jantung Terpadu RSUP Dr Sardjito dr. Lucia Kris Dinarti,Sp.PD.,Sp.JP (K) saat berbincang dengan EFKAGAMA selasa, 13 Juli 2010 sebelum diselenggarakannya Jogja Cardiology Update 2010 tanggal 15 s.d 17 Juli 2010 di Hotel Ina Garuda dengan sentral tema Women and Cardiovascular Disease, dan menyongsong seminar awam serangan jantung pada tanggal 24 Juli 2010 yang menghadirkan pembicara diantaranya Butet Kartarajasa untuk bercerita tentang keadaan terkena serangan jantung.

Kematian yang terjadi pada serangan jantung, dari total 1.077 pasien tersebut terdapat 9,3 persen atau 29 orang meninggal dalam waktu kurang dari 24 jam di rawat. Sedangkan 43 pasien lainnya meninggal dunia setelah 24 jam ditolong. Sebagian besar kematian terjadi pada penderita yang terlambat dibawa ke rumah sakit. Jumlah ini meningkat 15 persen dibandingkan lima tahun lalu.
Sejauh ini, pasien penyakit jantung masih didominasi pria, dengan presentasi 70 persen pria dan 30 persen perempuan. Penyakit jantung pada perempuan belum banyak diungkap dan sulit dideteksi. “Untuk kasus jantung koroner pada wanita sulit dideteksi karena wanita seringkali tidak menampakkan keluhannya sehingga lebih susah untuk didiagnosa,” jelas dr. Kris Dinarti.

Kemunculan penyakit jantung pada laki-laki akan lebih cepat muncul dibanding wanita. Kalau laki-laki, resiko penyakit jantung muncul pada usia 40 tahun, sedangkan pada wanita 10 tahun lebih lambat atau sekitar usia 50 tahun keatas atau pada masa menopause.

Pada kesempatan yang sama, dr. Irsad Andi Arso,Sp.PD menambahkan bahwa masih banyak warga yang tidak mengenali tanda-tanda serangan jantung seperti nyeri dada, sakit ulu hati, dan keringat dingin. Gejala-gejala ini kerap dianggap sebagai masuk angin atau angin duduk. “Karena dianggap penyakit ringan, penderita biasanya tidak langsung dibawa ke rumah sakit tapi dirawat biasa dengan cara tradisional baik dipijit maupun dikeroki,”katanya.

Menurut Irsad,idealnya pertolongan diberikan kurang dari enam jam setelah serangan jantung atau setidak-tidaknya kurang dari 12 jam setelah serangan jantung. Kondisi di Indonesia jauh berbeda dengan singapura. Sebanyak 89 persen penderita serangan jantung di Singapura dibawa ke rumah sakit kurang dari 12 jam setelah serangan, sehingga banyak yang terselamatkan.(*Banu)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar