Senin, 01 November 2010

Kabar Merapi Yogyakarta

Nomer : KH.IV.3.X. .10 01 November 2010
Hal : Pers Release ke 5 korban merapi


Satu Pengungsi Terkena DHF, kini di Rawat di RSUP Dr Sardjito

Satu pengungsi dari Hargobinangun, Pakem Sleman telah mengalami panas selama 3 hari di pengungsian, dan akhirnya harus dilarikan ke RSUP Dr Sardjito Yogyakarta. Pengungsi ini mengalami demam dan setelah dilacak ternyata terserang DHF, sehingga terpaksa harus dilakukan rawat inap di IRNA I.
Letusan Gunung Merapi, Sabtu (30/10) pukul 01.40 Dini hari tadi ternyata memang harus menyisakan korban yang harus di rawat di RSUP Dr Sardjito. Keempat korban yang tinggalharus menjalani rawat inap diantaranya ;
1. Nardi wiyono, umur 66 tahun dari kepuharjo sleman, mengalami bronchopnemuno dan CHF dikirim Sabtu dini hari pasca letusan, dirawat di Instalasi Rawat Inap I.
2. Dwi Wahyu Septiana, umur 14 tahun mengalami cidera kepala ringan dirawat di IMC.
3. Ny. Mujiyem Aji Sumarto, umur 70 tahun, mengalami lakalantas saat akan pindah dari pengungsian pada sabtu dini hari.
4. Pari Wahyudi, umur 35 tahun terkena DHF dan febris 3 hari di Barak pengungsian.
Sedangkan pasien lain yang masuk pasca letusan Sabtu Dini hari atas nama Bp. Aji Sumarto, Bapak Sarjono, Parinah, Lila Dinar, Wahyu Septianingsih, dan Wiji Sutrisno masing-masing telah diperbolehkan pulang ke Barak pengungsian oleh tim medis.
Sedangkan pasien lain yang mengalami luka bakar saat letusan pertama (senin, 26 Oktober 2010) yang saat ini masih dirawat di Burn Unit RSUP Dr Sardjito sejumlah 4 pasien dari 14 orang yang terkena awan dalam keadaan luka bakar. Keempat korban yang masih di rawat di Burn Unit ditangai Tim medis dengan dipimpin oleh para dokter spesialis bedah plastik yaitu dr. Ishandono Dahlan,SpB.Sp.BP dan dr. Rosyadi,SpB.Sp.BP. Ke empat pasien yang masih dirawat diantaranya ;
1. Bp. Bilal, umur 52 tahun dengan luka bakar II/III 35%
2. Wahyu Nur Irawan, umur 16 tahun dengan luka bakar II 28 %
3. Arip Candra, umur 23 tahun dengan luka bakar II/III 45 %
4. Trisno Utomo, luka bakar 9 % warga kaliadem RT 04/02 Cangkringan Sleman yang semula dirawat dan diperbolehkan pulang di RS Panti Nugroho, akhirnya masuk dan menjalani rawat inap di RSUP Dr Sardjito.
Dengan demikian, selama Gunung Merapi Aktif harapan semua pihak tidak akan jatuh korban lagi, selengkapnya nama-nama korban yang meninggal sampai tanggal 31 oktober 2010 di RSUP Dr Sardjito ;
Selengkapnya nama-nama korban yang meninggal ;
No Nama
1. Tarno
2. Yamto Utomo
3. Wahono Suketi
4. Sajiman
5. Puji Sarono
6. Sipon
7. Imam Nur Kholis
8. Tomo
9. M. Yuniawan Nugroho
10. Marijan Mbah
11. Dr. Tutur
12. Suranto
13. Bayi Nurul
14. Wiyono
15. Keluarga bapak Nardi
16. Ny Emy
17. Bayi Ny emy (nadila)
18. Imam 1
19. Andri
20. Imam 2
21. Samidi
22. Nardi
23. Sarwo rejo
24. Narudi
25. Slamet Ngadiran (Gomet)
26. Ny. Pujo (sempat di rawat di Burn Unit)
27. Mursiyam (sempat di rawat di Burn Unit)
28. Muji / adi (sempat di rawat di Burn Unit)
29. Bapak Warjo (sempat di rawat di Burn Unit)
30. Harno Miharjo (sempat di rawat di Burn Unit)
31. Harno Wiyono (sempat di rawat di Burn Unit)
32. Udi Sutrisno (sempat di rawat di Burn Unit)
33. Ny Ngatinem (sempat di rawat di Burn Unit)
34. Ny Ratmi (sempat di rawat di Burn Unit)
35. Ny Sugiyem (Meninggal 30/10/10, akibat Lakalantas saat mengungsi)
36. An. Afiyo (2 Th)

Dari ke 36 jenazah, kesemuanya telah diambil oleh keluarga dan telah dikebumikan ditempat peristirahatan terakhir.

Bagian Hukum dan Humas.
Kepala,



Drs. Trisno Heru Nugroho,APP.,M.Kes
NIP. 195912221980031002.

Minggu, 31 Oktober 2010

RSUP Dr Sardjito Tambah Rawat 4 Pasien Pengungsi Merapi

Nomer : KH.IV.3.X. .10 31 Oktober 2010
Hal : Pers Release ke 4 korban merapi


RSUP Dr Sardjito Tambah Rawat 4 Pasien Pengungsi Merapi

Letusan Gunung Merapi, Sabtu (30/10) pukul 01.40 Dini hari tadi ternyata masih menyisakan korban yang harus di rawat di RSUP Dr Sardjito. Keempatnya merupakan korban yang tinggal di pengungsian. Masing-masing korban diantaranya ;
1. Nardi wiyono, umur 66 tahun dari kepuharjo sleman, mengalami bronchopnemuno dan CHF dikirim Sabtu dini hari pasca letusan, dirawat di Instalasi Rawat Inap I.
2. Dwi Wahyu Septiana, umur 14 tahun mengalami cidera kepala ringan dirawat di IMC.
3. Ny. Mujiyem Aji Sumarto, umur 70 tahun, mengalami lakalantas saat akan pindah dari pengungsian pada sabtu dini hari.
4. Pasi Wahyudi, terkena DHF dan febris 3 hari di Barak pengungsian.
Sedangkan pasien lain yang masuk pasca letusan Sabtu Dini hari atas nama Bp. Aji Sumarto, Bapak Sarjono, Parinah, Lila Dinar, Wahyu Septianingsih, dan Wiji Sutrisno masing-masing telah diperbolehkan pulang ke Barak penngungsian oleh tim medis.
Sedangkan pasien lain yang mengalami luka bakar saat letusan pertama (senin, 26 Oktober 2010) yang saat ini masih dirawat di Burn Unit RSUP Dr Sardjito sejumlah 4 pasien dari 14 orang yang terkena awan dalam keadaan luka bakar. Keempat korban yang masih di rawat di Burn Unit ditangai Tim medis dengan dipimpin oleh para dokter spesialis bedah plastik yaitu dr. Ishandono Dahlan,SpB.Sp.BP dan dr. Rosyadi,SpB.Sp.BP. Ke empat pasien yang masih dirawat diantaranya ;
1. Bp. Bilal, umur 52 tahun dengan luka bakar II/III 35%
2. Wahyu Nur Irawan, umur 16 tahun dengan luka bakar II 28 %
3. Arip Candra, umur 23 tahun dengan luka bakar II/III 45 %
4. Trisno Utomo, luka bakar 9 % warga kaliadem RT 04/02 Cangkringan Sleman yang semula dirawat dan diperbolehkan pulang di RS Panti Nugroho, akhirnya masuk dan menjalani rawat inap di RSUP Dr Sardjito.
Dengan demikian, selama Gunung Merapi Aktif harapan semua pihak tidak akan jatuh korban lagi, selengkapnya nama-nama korban yang meninggal sampai tanggal 31 oktober 2010 di RSUP Dr Sardjito ;
Selengkapnya nama-nama korban yang meninggal ;
No Nama
1. Tarno
2. Yamto Utomo
3. Wahono Suketi
4. Sajiman
5. Puji Sarono
6. Sipon
7. Imam Nur Kholis
8. Tomo
9. M. Yuniawan Nugroho
10. Marijan Mbah
11. Dr. Tutur
12. Suranto
13. Bayi Nurul
14. Wiyono
15. Keluarga bapak Nardi
16. Ny Emy
17. Bayi Ny emy (nadila)
18. Imam 1
19. Andri
20. Imam 2
21. Samidi
22. Nardi
23. Sarwo rejo
24. Narudi
25. Slamet Ngadiran (Gomet)
26. Ny. Pujo (sempat di rawat di Burn Unit)
27. Mursiyam (sempat di rawat di Burn Unit)
28. Muji / adi (sempat di rawat di Burn Unit)
29. Bapak Warjo (sempat di rawat di Burn Unit)
30. Harno Miharjo (sempat di rawat di Burn Unit)
31. Harno Wiyono (sempat di rawat di Burn Unit)
32. Udi Sutrisno (sempat di rawat di Burn Unit)
33. Ny Ngatinem (sempat di rawat di Burn Unit)
34. Ny Ratmi (sempat di rawat di Burn Unit)
35. Ny Sugiyem (Meninggal 30/10/10, akibat Lakalantas saat mengungsi)
36. An. Afiyo (2 Th)

Dari ke 36 jenazah, kesemuanya telah diambil oleh keluarga dan telah dikebumikan ditempat peristirahatan terakhir.

Bagian Hukum dan Humas.
Kepala,



Drs. Trisno Heru Nugroho,APP.,M.Kes
NIP. 195912221980031002.

Sabtu, 30 Oktober 2010

Ledakan Merapi Di Dini Hari, 1 orang meninggal Lakalantas

Nomer : KH.IV.3.X.1074.10
Hal : Pers Release ke 4 korban merapi


Ledakan Merapi Di Dini Hari, 1 orang meninggal Lakalantas

Yogyakarta - (30/10/10 ). Dini hari tadi , Sabtu (30/10) pukul 01.40 Gunung Merapi kembali menunjukkan keperkasaannya. Ledakan yang cukup keras dan besar menimbulkan hujan debu dan pasir di kota Yogyakarta. Tak ayal karena kepanikan luar biasa korbanpun berjatuhan.

Di RSUP Dr Sardjito, atas kejadian letusan pada dini hari tadi, tercatat Instalasi Rawat Darurat telah menerima 4 korban dengan satu orang meninggal akibat kecelakaan saat hendak mengungsi dari barak pengungsian ke tempat pengungsian yang lebih aman.
Sementara itu satu korban meninggal akibat kecelakaan saat akan mengungsi bernama Ny. Sugiyem, umur 44 tahun, warga kuweron candibinangun sleman. Saat ini jenazah telah diambil keluarga.

Tercatat Sembilan (9) pasien yang masuk di RSUP Dr Sardjito sejak letusan dini hari tadi diantaranya ;
1. Bp. Aji Sumarto, (71 tahun), sambirejo pakembinangun pakem sleman.
(Dirawat di IMC)
2.Ny. Mujinem Aji Sumarto (70 tahun) sambirejo pakembinangun pakem sleman.
(Pukul 08.00 WIB Masih di IRD)
3.Dwi wahyu Septiana (14 tahun) perempuan kuweron candibinangun pakem.
(Dirawat di IMC)
4.Bapak Sarjono (70 tahun), bulusan sardonoharjo ngaglik sleman. (Pulang)
5.Parinah, 63 tahun, bulusan sardonoharjo ngaglik sleman. (Pulang)
6.Lila Dinar, bayi perempuan 6 hari, dengan BBLC CBSMK SPNTAN, Plosorejo
hargobinangun pakem (Pulang)
7.Wahyu septianingsih, (17 th), kuweron candibinangun pakem, Pulang
8.Wiji Sutrisno (77), masih di IRD sampai pukul 08.00 WIB.
9.Afiyo N, (2 th), perempuan kronggahan trihanggo gamping sleman.
(datang dan meninggal)

Korban wudus gembel letusan Merapi yang pada Awalnya berjumlah 14 orang, hari ini yang dirawat masih dirawat 4 pasien di Burn Unit RSUP Dr Sardjito. Keempat korban yang masih di rawat di Burn Unit dan ditangai Tim tim medis dengan dipimpin oleh para dokter spesialis bedah plastik yaitu dr. Ishandono Dahlan,SpB.Sp.BP dan dr. Rosyadi,SpB.Sp.BP.

Ke empat pasien yang masih dirawat diantaranya ;
1. Bp. Bilal, umur 52 tahun dengan luka bakar 55%
2. Wahyu Nur Irawan, umur 16 tahun dengan luka bakar 45 %
3. Arip Candra, umur 23 tahun dengan luka bakar 46 %
4. Trisno Utomo, luka bakar 9 % warga kaliadem RT 04/02 Cangkringan Sleman yang
semula dirawat dan diperbolehkan pulang di RS lain akhirnya masuk dan
menjalani rawat inap di RSUP Dr Sardjito.

Sedangkan untuk pasien atas nama Ny .Ratmi, umur 30 tahun dengan luka bakar 63 % tepat pukul 21.15 WIB sampai hari kelima letusan merapi telah menghembuskan nafas terakhir menyusul korban wedus gembel yang lain.

Adapun jumlah jenazah baik yang datang dalam keadaan meninggal dan jenazah dari Ruang Perawatan Burn Unit total berjumlah 33 Orang dan semua telah teridentifikasi oleh Tim idetifikasi Forensik RSUP Dr Sardjito dibawah dr Lipur Riyantiningtyas, Sp.F serta dibantu Tim DVI Polda Daerah Istimewa Yogyakarta.

Selengkapnya nama-nama korban yang meninggal ;

1. Tarno
2. Yamto Utomo
3. Wahono Suketi
4. Sajiman
5. Puji Sarono
6. Sipon
7. Imam Nur Kholis
8. Tomo
9. M. Yuniawan Nugroho
10. Marijan Mbah
11. Dr. Tutur
12. Suranto
13. Bayi Nurul
14. Wiyono
15. Keluarga bapak Nardi
16. Ny Emy
17. Bayi Ny emy (nadila)
18. Imam 1
19. Andri
20. Imam 2
21. Samidi
22. Nardi
23. Sarwo rejo
24. Narudi
25. Slamet Ngadiran (Gomet)
26. Ny. Pujo
27. Mursiyam
28. Muji / adi
29. Bapak Warjo
30. Harno Miharjo
31. Harno Wiyono
32. Udi Sutrisno
33. Ny Ngatinem
34. Ny Ratmi (dari Born Unit)
35. Ny Sugiyem (Meninggal 30/10/10, akibat Lakalantas saat mengungsi)
36. An. Afiyo (2 Th)

Dari ke 33 jenazah, beberapa diantaranya sudah diambil oleh masing-masing keluarga pada Kamis, 28 oktober 2010 sebanyak 9 jenazah. Dan sisanya sebanyak 23 korban pada Hari Kamis Jam 09.00 telah diserahkan Prof Dr. Budi Mulyono, SpPK(K),MM, selaku Direktur Utama RSUP Dr Sardjito termasuk diantaranya Alm Mbah Marijan Kepada pemerintah Kabupaten Sleman dalam hal ini diterima oleh Drs Sunartono, M.Kes selaku asek III Pemda Sleman dan selanjutnya ke 23 jenazah dimakamkan Pemerintah Kabupaten Sleman di tempat pemakamam di makam Dusun Srunen Glagahharjo Cangkringan, Sleman, Yogyakarta.

Sedangkan tiga jenazah yang meninggal tadi malam atas nama Ny. Ratmi, Sugiyem, An. Afiyo sudah diambil keluarga. Sehingga total jumlah korban di RSUP Dr Sardjito meninggal menjadi 36 orang.

Bagian Hukum dan Humas.
Kepala,



Drs. Trisno Heru Nugroho,APP.,M.Kes
NIP. 195912221980031002.

Jumat, 29 Oktober 2010

RSUP Dr Sardjito Masih Tangani Empat Korban Letusan Merapi

Nomer : KH.IV.3.X.1060.10 29 Oktober 2010
Hal : Pers Release ke 3 korban merapi


RSUP Dr Sardjito Masih Tangani Empat Korban Letusan Merapi

Korban wudus gembel letusan merapi Yang Pada Awalnya berjumlah 14 orang, hari ini tinggal 4 pasien yang dirawat di Burn Unit RSUP Dr Sardjito.Keempat korban yang masih di rawat di Burn Unit dan ditangai Tim tim medis dengan dipimpin dari bedah plastik yaitu dr. Ishandono Dahlan,SpB.Sp.BP dan dr. Rosyadi,SpB.Sp.BP.

Ke empat pasien yang masih dirawat diantaranya ;
1. Bp. Bilal, umur 52 tahun dengan luka bakar 55%
2. Wahyu Nur Irawan, umur 16 tahun dengan luka bakar 45 %
3. Arip Candra, umur 23 tahun dengan luka bakar 46 %
4. Ny .Ratmi , umur 30 tahun dengan luka bakar 63 %

Sampai hari ke empat pasca meletusnya Gunung Merapi ke empat kondisi pasien tetap di rawat di Burn Unit satu diantaranya Ny Ratmi 30 Tahun luika bakar 63 % dalam kondisi kritis dan terpasang Ventilator

Adapun jumlah jenazah baik yang datang dalam keadaan meninggal dan jenazah dari Ruang Perawatan Burn Unit total berjumlah 33 Orang dan semua telah teridentifikasi oleh Tim idetifikasi Forensik RSUP Dr Sardjito dibawah dr Lipur Riyantiningtyas, Sp.F serta dibantu Tim DVI Polda Daerah Istimewa Yogyakarta.
Selengkapnya nama-nama korban yang meninggal

1. Tarno
2. Yamto Utomo
3. Wahono Suketi
4. Sajiman
5. Puji Sarono
6. Sipon
7. Imam Nur Kholis
8. Tomo
9. M. Yuniawan Nugroho
10. Marijan Mbah
11. Dr. Tutur
12. Suranto
13. Bayi Nurul
14. Wiyono
15. Keluarga bapak Nardi
16. Ny Emy
17. Bayi Ny emy (nadila)
18. Imam 1
19. Andri
20. Imam 2
21. Samidi
22. Nardi
23. Sarwo rejo
24. Narudi
25. Slamet Ngadiran (Gomet)
26. Ny. Pujo
27. Mursiyam
28. Muji / adi
29. Bapak Warjo
30. Harno Miharjo
31. Harno Wiyono
32. Udi Sutrisno
33. Ny Ngatinem

Dari ke 33 jenazah, beberapa diantaranya sudah diambil oleh masing-masing keluarga pada Kamis, 28 oktober 2010 sebanyak 9 jenazah. Dan sisanya sebanyak 33 korban pada Hari Kamis Jam 09.00 telah diserahkan Prof Dr Budi Mulyono, SpPK(K),MM, selaku Direktur Utama RSUP Dr Sardjito termasuk diantaranya Alm Mbah Marijan Kepada pemerintah Kabupaten Sleman dalam hal ini diterima oleh Drs Sunartono, M.Kes selaku asek III Pemda Sleman dan selanjutnya ke 33 jenazah dimakamkan Pemerintah Kabupaten Sleman di tempat pemakamam di makam Dusun Srunen Glagahharjo Cangkringan, Sleman,

Yogyakarta
Bagian Hukum dan Humas.
Kepala,



Drs. Trisno Heru Nugroho,APP.,M.Kes
NIP. 195912221980031002.

Kamis, 28 Oktober 2010

RSUP Dr Sardjito Masih Tangani Lima Korban Letusan Merapi

Korban wudus gembel letusan merapi kian hari kian bertambah, hari ini tinggal 5 pasien yang dirawat di Unit Luka Bakar RSUP Dr Sardjito. Kelima korban yang masih di rawat dan ditangai di bawah kendali tim medis bedah plastic, dr. Ishandono Dahlan,Sp.BP dan dr. Rosyadi,Sp.BP diantaranya ;
1. Bp. Bilal umur 52 tahun dengan luka bakar 55%
2. Wahyu Nur Irawan umur 16 tahun dengan luka bakar 45 %
3. Arip Candra umur 23 tahun dengan luka bakar 46 %
4. Ratmi umur umur 30 tahun dengan luka bakar 63 %

Adapun pasien luka bakar akibat sengatan wedus gembel yang menyusul meninggal pada pagi ini 28 Oktober 2010, ada 3 orang yaitu Udi Sutrisno usia 50 tahun dengan luka bakar 72 %, Harno Wiyono usia 50 tahun dengan luka bakar 80 %, dan sampai pukul 14.00 WIB pasien atas nama Ngatinem umur 55 tahun dengan luka bakar 75% telah menghembuskan nafas terakhir pada pukul 9.30 WIB.

Adapun jenazah yang langsung diidetifikasi di Forensik secara keseluruhan telah teridentifikasi sampai pukul 01.00 dini hari tadi. Sehingga total jenazah yang meninggal sampai dengan pagi ini sejumlah 30 orang korban.

Sedangkan korban meninggal di tempat kejadian, yang dilakukan identifikasi di Instalasi Kedokteran Forensik oleh dr. Lipur Riyantiningtyas,Sp.F dan dr. Ida Bagus Surya Putra Pidada,Sp.F dimana keduanya dari Dokter Spesialis Forensik RSUP Dr Sardjito dengan dibantu dari tim DVI Polda DIY secara keseluruhan telah berhasil di Identifikasi diantaranya ;

1. Tarno
2. Yamto Utomo
3. Wahono Suketi
4. Sajiman
5. Puji Sarono
6. Sipon
7. Imam Nur Kholis
8. Tomo
9. M. Yuniawan Nugroho
10.Marijan Mbah
11.Dr. Tutur
12.Suranto
13.Bayi Nurul
14.Wiyono
15.Keluarga bapak Nardi
16.Ny Emy
17.Bayi Ny emy (nadila)
18.Imam 1
19.Andri
20.Imam 2
21.Samidi
22.Nardi
23.Sarwo rejo
24.Narudi
25.Slamet Ngadiran (Gomet)
26.Ny. Pujo
27.Mursiyam
28.Muji / adi
29.Bapak Warjo
30.Harno Miharjo
31.Harno Wiyono
32.Udi Sutrisno
33.Ngatinem

Dari ke 30 jenazah, beberapa diantaranya sudah diambil oleh masing-masing keluarga pada Kamis, 28 oktober 2010 sebanyak 9 jenazah. Dan rencana pada pagi ini 23 jenazah telah di serahterimakan dari DVI Polda DIY ke RSUP Dr Sardjito diterima oleh Prof. dr. Budi Mulyono,Sp.PK-K.,MM selanjutnya diserahkan ke Pemda Sleman dan diterima oleh Drs Sunartono selaku asek III Pemda Sleman.
Bagian Hukum dan Humas.
Kepala,



Drs. Trisno Heru Nugroho,APP.,M.Kes
NIP. 195912221980031002.

Rabu, 27 Oktober 2010

Merapi Meletus, Korban di RSUP Dr Sardjito

inilah berita yang di Rilies oleh Bagian Hukum dan Humas RSUP Dr Sardjito ;


Nomer : KH.IV.3.X.1051.10 27 Oktober 2010
Hal : Pers Rilies 1 korban merapi

RSUP Dr Sardjito Menangani Korban Letusan Merapi

Letusan merapi yang terjadi selasa, 26 Oktober 2010 ternyata membawa banyak korban. Sebagian besar korban mengalami luka akibat awan panas sehingga tubuhnya mengalami “melempuh” dengan luka bakar yang bervariasi antara 40 % s.d 90 %. Korban yang dikirim ke RSUP Dr Sardjito, mengalir satu persatu masuk mulai pukul 19.44 WIB sampai jam 01.13 WIB. Kebanyakan para korban luka bakar dirujuk dari RS Panti Nugroho Pakem, dan RS Grasia Pakem. Korban yang meninggal ditempat kejadian oleh ambulan relawan langsung dikirim ke Instalasi Kedokteran forensik.

Sejak korban luka bakar masuk ke Instalasi Rawat Darurat, korban yang masih dalam keadaan hidup tercatat sejumlah 14 korban, dan dilakukan penanganan tindakan medis oleh tim medis Kejadian Luar Biasa RSUP Dr Sardjito yang diketuai dr. Agus Barmawi,SpB.,Sp.BD yang sekaligus sebagai Kepala Instalasi Gawat Darurat.

Sedangkan korban meninggal di tempat kejadian, langsung di bawa ke Instalasi Kedokteran Forensik untuk dilakukan identifikasi oleh dr. Lipur Riyantiningtyas,Sp.F dan dr. Ida Bagus Surya Putra Pidada,Sp.F dimana keduanya dari Dokter Spesialis Forensik RSUP Dr Sardjito dengan dibantu dari tim DVI Polda DIY. Korban yang langsung di bawa ke Instalasi Kedokteran Forensik sejumlah 25 orang meninggal dunia.
Berikut nama-nama korban hidup yang di rawat di Instalasi Rawat Darurat RSUP Dr Sardjito ;

DATA SEMENTARA KORBAN MERAPI YANG DIRAWAT DI RSUP DR. SARDJITO, Per 26 – 27 Oktober 2010, Pukul 19.44 s.d 1.13 ;
1. Ratmi, Ny 30 P Korban Merapi Sleman 63 % Rawat Inap
2. Arip Candra 23 L Kedung Sriti Umbulharjo 46 % Rawat Inap
3. Wahyu Nur Irawan 16 L Umbulharjo Cangkringan 45% Rawat Inap
4. Pujo, Ny 68 P Umbulharjo Cangkringan 70 % Meninggal
5. Ngatinem/Widi Utomo 50 P Ngrangkah Cangkringan 75 % Rawat Inap
6. Dhyah Permonosari 37 P Manukan Condongcatur Patah tulang Pulang, Relawan
7. Muji, Bp 50 L Korban Merapi Sleman 89 % Meninggal
8. Warjo, Bp 50 L Umbulharjo Cangkringan 90 % Rawat Inap
9. Udi Sutrisno 50 P Umbulharjo Cangkringan 72 % Rawat Inap
10.Tarno, Bp 60 L Kinahrejo Umbulharjo Cangkringan 72 % Meninggal
11.Harno Wiyono, Bp 50 L Kinahrejo Umbulharjo Cangkringan 80 % Rawat Inap
12.Bilal, Bp 52 L RS. Panti Nugroho Pakem 55 % Rawat Inap
13.Mursiyam 45 L Pelemsari Umbulharjo Cangkringan 80 % Meninggal
14.Sujiyah 80 L Gondoarum Wonokerto Turi CKR Rawat Inap

Adapun korban yang datang dalam keadaan sudah meninggal berjumlah 25 orang yang langsung dibawa ke Instalasi Kedokteran Forensik. Diantara kedua puluh lima orang yang sudah teridentifikasi secara forensik dengan mencocokkan antem mortem dan post mortem hanya ada 2 yaitu dr. Tutur relawan dari PMI Bantul dan wartawan Vivanews.com Yuniawan.

Sedang jenazah yang masuk pada pukul 11.00 s.d 01.30 sejumlah 13 orang dengan komposisi 10 laki-laki dan 3 wanita, dan mulai pukul 04.00 WIB diketemukan lagi 12 jenazah dalam keadaan meninggal dengan jumlah 10 laki-laki dan 2 wanita. Sedangkan 4 jenazah lagi berasal dari bangsal perawatan RSUP Dr Sardjito.

Sedangkan pukul 11.30 WIB instalasi Kedokteran Forensik juga menerima serpihan-serpihan tubuh manusia di kawasan kinahrejo. Sehingga sampai Pukul 12.00 WIB siang ini, Instalasi Forensik secara Total telah menangani 29 korban meninggal, dan yang teridentifikasi dan sudah konform secara ilmu forensik ada 2 yaitu dr. Tutur relawan dari PMI Bantul dan wartawan Vivanews.com Yuniawan. Dan 18 orang sudah bernama namun masih subyektif sehingga belum konform dan masih menunggu antem & post mortemnya. Sedangkan 7 orang jenazah lainnya sampai saat ini belum bernama sama sekali alias Mr.X.
Mohon kepada wartawan untuk menginformasikannya lebih lanjut supaya proses identifikasi dapat berjalan lancar.
Bagian Hukum dan Humas.
Kepala,



Drs. Trisno Heru Nugroho,APP.,M.Kes
NIP. 195912221980031002.

Senin, 02 Agustus 2010

MENGENANG PROF. DR. M. SARDJITO, M.D., M.P.H.

MENGENANG PROF. DR. M. SARDJITO, M.D., M.P.H.
(13 Agustus 1889 – 13 Agustus 2010)

“Dengan memberi, seseorang menjadi kaya”
Falsafah hidup Prof. Dr. M. Sardjito, M.D., M.P.H.

Prof. Sardjito lahir pada 13 Agustus 1889 di Desa Purwadadi, Kawedanan Magetan, Karesidenan Madiun, Jawa Timur. Beliau adalah putra pertama dari lima bersaudara. Ayahnya, Pak Sajit, berprofesi sebagai guru.
Pendidikan Sardjito
Sejak usia 6 tahun, Sardjito mulai belajar Al Qur’an. Pada usia ini juga, Sardjito mengawali pendidikan umumnya di Sekolah Rakyat. Pada tahun 1889 keluarga Sardjito pindah ke Lumajang. Di kota ini pula pendidikannya di Sekolah Rakyat diselesaikan pada tahun 1901.
Antara tahun 1901 sampai 1907 Sardjito melanjutkan pendidikannya di sekolah Belanda di Lumajang.
Pada tahun 1907, Sardjito melanjutkan pendidikannya di Stovia (School tot Opleiding voor Indische Artsen), Jakarta. Pada saat itu seniornya di Stovia, Wahidin Sudirohusodo, Sutomo, dll. sedang hangat-hangatnya menyiapkan berdirinya Budi Utomo. Sardjito pun pada saat itu ikut aktif menjadi anggota Budi Utomo.
Pada tahun 1915, Sardjito lulus dari Stovia dengan predikat lulusan terbaik. Setelah lulus dari Stovia, Sardjito bekerja sebagai dokter di Rumah Sakit Jakarta selama satu tahun, kemudian pindah ke Institut Pasteur Jakarta (sekarang Gedung Eyckman) sampai tahun 1920. Seperi diketahui, Institut Pasteur adalah laboratorium riset paling terkemuka di belahan bumi selatan, yang menghasilkan hadiah Nobel bagi Eyckman, penemu penyakit beri-beri dan vitamin B1. Karena itu, jiwa peneliti Sardjito ikut terbangun disini. Salah satu contohnya adalah pada tahun 1918 sampai dengan 1919 Sardjito mengikuti tim penelitian khusus influenza di Institut Pasteur. Saat itu influenza menjadi momok masyarakat dunia dengan pandemi influenza. Influenza ini adalah penyakit pertama yang diteliti oleh Sardjito.
Pada tahun 1920-1922 Sardjito melanjutkan sekolah di Fakultas Kedokteran Universitas Amsterdam, kemudian pada tahun 1922-1923 pindah ke Universitas Leiden untuk belajar lebih intensif mengenai penyakit tropis.
Pada tahun 1923 Sardjito mendapatkan promosi doktor dari Universitas Leiden, Belanda dengan judul disertasi “Immunisatie tegen Baccilaire Dysenterie door Middle van Bacteriophaag Anti–Dysenterie Shiga–Kruse”. Sebagai promotornya adalah Prof. Dr. PC Flu. (Ada anekdote demikian: kehidupan Prof. Sardjito sangat berhubungan erat dengan “flu”; penelitian pertama dr Sardjito tentang flu, promotor di Leiden oleh Prof. Flu, sebagai penyebab sakit sampai wafat beliau adalah sakit flu).
Setelah lulus doktor, pada tahun 1923 Sardjito melanjutkan pendidikan ke John Hopkins University, Amerika Serikat untuk sekolah hygiene dan mendapat gelar Master of Public Health (MPH) pada tahun 1924.
Didasari oleh jiwa berorganisasi yang tinggi, Sardjito tetap aktif sebagai anggota Budi Utomo. Bahkan pada 1925 menjadi Ketua Budi Utomo Cabang Jakarta. Pada tahun 1926 – 1930, Sardjito menjadi anggota pemerintahan kotapraja dan wakil wethouder Jakarta.
Pada tahun 1931-1932, Sardjito memperoleh kesempatan tugas belajar tentang laboratorium di Reich-Gesundheitant, Berlin, Jerman.
Merintis Karir
Dunia pendidikan dan kedokteran memang telah mendarah daging dalam jiwa seorang Sardjito. Semangat Sardjito dalam kedua bidang ini terlihat dalam perjalanan karirnya berikut ini:
- Pada tahun 1924 sampai dengan 1929, sekembalinya dari Amerika Serikat, Sardjito menjadi dokter Laboratorium Pusat Jakarta.
- Pada tahun 1929 menjadi Asisten Kepala Sekolah Tinggi Kedokteran (GHS/Geneeskundige Hoogeschhoool).
- Pada tahun 1930 menjadi Kepala Laboratorium Makassar.
- 1932-1945 Kepala Laboratorium Semarang. Selama 1932-1942 meneliti lepra sambil menjadi Pemimpin redaksi Medische Brichten ( Berita Ketabiban).
Sardjito dan Sejarah UGM
Pasca proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, Sardjito diminta untuk mengambil alih Institute Pasteur Bandung. Tugas itu dapat dilaksanakan dengan baik bersama dr. Moh Saleh dkk. Laboratorium ini pada jaman perang dengan Sekutu/Belanda hijrah ke Klaten. Sejak di Bandung, Sardjito juga aktif mendirikan Palang Merah untuk menolong pejuang kemerdekaan. Hal yang sama dilakukan juga di Klaten dan sekitarnya. Untuk pekerjaan itu Sardjito selalu dicari Belanda.
Pada 4 Januari 1946 Ibukota Jakarta pindah Yogyakarta. Pada 24 Januari 1946 di SMT Kotabaru muncul gagasan mendidrikan Balai Perguruan Tinggi, yang diberi nama Gadjah Mada yang bersifat kerakyatan dan swasta. BPT UGM berdiri 17 Februari 1946.
Pada 20 Mei 1949 di Kepatihan Yogyakarta dilangsungkan rapat penggabungan perguruan tinggi yang ada di Yogyakarta, Klaten, dan Solo. Pada saat itu Sardjito mewakili perguruan tinggi yang ada di Solo dan Klaten. Karena tidak ada gedung untuk kantor dan ruang kuliah, Sardjito menyatakan untuk memikirkannya terlebih dahulu. Selain itu, pemindahan perguruan tinggi dari Klaten dan Solo memiliki resiko yang tinggi karena pada saat itu masih sering terjadi perang melawan Belanda di wilayah tersebut. Pada akhirnya, Sri Sultan HB IX memberikan tempat di Mangkubumen sebagai tempat untuk perguruan tinggi sehingga pemindahan perguruan tinggi dari Klaten dan Solo yang dikomando oleh Sardjito dapat berjalan lancar.
Pada 1 Nopember 1949 dibuka kompleks Ngasem yang menggunakan lokasi di Kadipaten. Dalam segala keterbatasannya, pada awal berdirinya perguruan tinggi di Yogyakarta menggunakan kamar kereta untuk poliklinik, kamar penjaga untuk laboratorium bakteriologi, kamar-kamar pelayan menjadi laboratorium kimia, rumah sakit darurat dan gedungnya dijadikan laboratorium fisika, dimana kemudian ada elektron mikroskupnya. Bahkan, kandang kuda bisa menjadi rumah sakit. Rumah sakit dari kandang kuda inilah yang menjadi tonggak lahirnya RSUP Sardjito yang megah saat ini.
Peraturan Pemerintah No. 23 tertanggal 16 Desember tahun 1949 menetapkan bahwa perguruan tinggi perlu digabung dan diberi nama Universitas Negeri Gadjah Mada (UNGM). Sardjito terpilih menjadi rektor pertama UNGM, sebutannya pada saat itu adalah Presiden Universiteit. Pada saat dilantik beliau berusia lebih dari 60 tahun.
Meletakkan Kerangka Dasar UGM
Sardjito yang didukung Notonagoro berhasil meletakkan kerangka dasar didirikan UNGM dalam bentuk Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun 1950. Menurut PP itu Universitas Negeri Gadjah Mada adalah balai nasional ilmu pengetahuan dan kebudayaan, bertugas atas dasar cita-cita bangsa Indonesia yang termaktub dalam Pancasila, membentuk manusia susila, yang cakap, dan mempunyai keinsyafan bertanggung jawab tentang kesejahteraan masyarakat Indonesia khususnya dan dunia umumnya.
Sardjito membangun Gedung Pusat UGM sejak tahun 1951-1959. Sepanjang Sardjito menjadi Rektor, terdapat 3 gelar doktor Honoris causa yang diberikan UGM, yaitu kepada Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan Ki Hadjar Dewantara.
Penelitian
Sebagai dokter yang sejak muda tergembleng di Laboratorium yang terdepan dijamannya, maka semangat meneliti Sardjito sangat besar. Selain influenza, baksiler disenteri, lepra, juga meneliti dan menemukan obat batu ginjal dari bahan Sonchus Avensis L ( tempuyung) yang terkenal dengan calcusol. Khusus untuk penemuan ini Dr Sardjito berpesan “...tidak boleh menjual obat ini mahal-mahal. Obat ini untuk rakyat. Banyak rakyat yng menderita penyakit batu ginjal. Kasihan kalau mereka harus operasi.”
Pada saat perang revolusi kemerdekaan, dalam suasa embargo, Sardjito mampu membuat vaksin anti penyakit infeksi seperti tyfus, kolera, dysenteri, stafilokoken, streptokoken, dll. Bahkan pada saat itu Sardjito mampu membuat tablet makanan yang berisi cukup kalori, protein, dan vitamin yang dapat dipergunakan oleh tentara di garis depan pertempuran.
Tulisan atau karya lain Sardjito diluar bidang kedokteran adalah di bidang paleoanthropologi dan seni pahat.
Penghargaan
Sardjito menjadi Rektor UGM sejak 1949-1961. Selain menjadi rektor UGM, beliau juga pernah menjabat sebagai Rektor UII pada tahun 1964, menjadi anggota MPRS pada tahun 1967, dan anggota Dewan Pertimbangan Agung pada tahun 1968. Banyak penghargaan, baik level nasional maupun internasional, bagi sosok Founding Father UGM ini. Selain penghargaan Bintang Keilmuan dari Uni Soviet pada tahun 1960, pada tahun 1961 Sardjito menerima penghargaan Bintang Satya Lencana Peringatan Perjuangan Kemerdekaan dan Bintang Satya Lencana Karya Satya, dan pada tahun 1973 mendapat penghargaan Bintang Mahaputra Tingkat II secara anumerta.
Pribadi Sardjito
Rektor pertama UGM ini adalah penggemar seni, wayang, permainan biola dan gong, seni pahat dan seni lukis, dan untuk olah raga beliau memilih tenis.
Sifat khas yang dimiliki Sardjito:
1. Lemah lembut, tutur bahasanya lembut menghormat. Sabar banget dengan mahasiswa, baru bisa marah kalau mahasiswanya gebleg banget dan bisa berkata “Saudara kurang ajar” ( maksudnya kurang mendapat ajaran atau kurang belajar).
2. Sederhana dan suka menolong.
3. Memberi lebih baik dari pada meminta.
4. Peneliti yang tekun dan pantang menyerah.
Makanan favorit dari Sardjito adalah sayur-sayuran dan telur. Acara rutin pagi hari dari Rektor pertama UGM ini adalah membaca buku, solat Subuh kemudian dilanjutkan membaca koran pagi sambil sarapan pagi berupa roti, susu, dan buah.
Sardjito meninggal pada Selasa, 5 Mei 1970.

“Profesor Sardjito telah memberikan kemampuannya dan jasa-jasanya selama hidupnya, dan dengan demikian, jiwa beliau bertambah kaya...”
Prof. Ir. Herman Johannes